Rabu, 11 Maret 2015

belajar ngrangkai kata



Kepada ibunda yang nanda sayangi : Bunda Nur Khoiriyatin
Alamat                        : RT 1 / RW 2, Kesilir – Siliragung -Banyuwangi.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bunda… semoga bunda selalu dalam lindungun Allah SWT serta dalam keadaan sehat wal ‘afiat, amin. Nanda dijember ingin memberitahukan bahwasanya nanda juga dalam keadaan sehat bunda.
Ananda begitu sangat merindukanmu bunda, bunda adalah inspirasi dalam hidup nanda. Ketika nanda kecil bunda sering membentak nanda namun setelah nanda menginjak usia dewasa nanda sadar dengan semua itu. Bunda mendidik nanda dengan keras karna bunda begitu sayang terhadap nanda. Bunda maafkanlah nanda yang selama ini membuat bunda marah terhadap nanda. Orang tua mana yang tak marah dan sakit hati melihat anaknya bersikap tercela, ketika memberi saran atau masukan selalu nanda bantah. Maafkan nanda bunda.
Pernah waktu itu nanda iri terhadap adik nanda yang masih kecil, karna pada saat itu bunda selalu memanjakannya. Tapi ternyata itu salah, bunda tidak pernah memanjakan putrinya karna sifat manja akan menghapuskan sifat mandiri, bunda seperti itu karna bunda tahu adik saya masih kecil dan seorang kakak harus berusaha ihlas dan berbagi terhadap sesame. Pada waktu itu nanda melihat bunda bersedih hati karna nanda sangat iri terhadap adik saya sendiri yang usianya masih kecil. Padahal hanya masalah sepele yakni ikan ayam yang dikasih dari tetangga, ketika itu nanda berpuasa dan membayangkan pas berbuka makan daging ayam tersebut. Ternyata realita pun berubah saya hanya berbuka dengan tumis papaya. Duh mirisnya hati ini, seketika emosi tak bisa nanda kendalikan nanda protes kepada bunda. Dengan nada lembut bunda menjawab “ adikmu lo masih kecil, mbok yo legowo”. Emosi ku terus meluap lalu bergegas ke kamar sambil menangis sepuasnya. Ternyata tak hanya nanda yang menangis bundapun ikut menangis karna bunda merasa belum bisa mendidik putrinya dengan baik. Saat nanda keluar dari kamar sosok bunda sedang bersedih sampai meneteskan air mata, lalu nanda dekati dan meminta maaf kepadanya. Seketika itu nanda sadar bahwsanya yang nanda lakukan itu salah.
Padahal sejak lulus SD hingga sekarang nanda sudah digodok dalam lingkungan pesantren , namun sangat miris. Tahu kenapa? Semua ilmu itu mudah untuk dipelajari hanya 1 yang sulit yaitu mengistiqomqhkan serta menerapkan dalam kehidupan sehari – hari nanda bunda. Bunda… maafkan nanda bunda.
Bunda… dari sifat lembutmu nanda teringat akan nama bunda yang mana  menjadikan nanda tergerak dalam menggeluti berbagai ilmu penegtahuan. Namamu bunda selalu tersirat dalam benak nanda “siti Nur Hoiriyatin” menurut nanda siti mengandung makna tanah yang mana tanah itu lembut, lembut dalam artian cara mendidik bunda terhadap nanda dan lembut dalam membina keluarga yang harmonis. Nur memiliki arti cahaya. Sedangkan hoir memiliki makna yang baik. Menurut nanda nama bunda bukanlah sekedar nama akan tetapi memiliki makna tersendiri dalam diri nanda. Oh bunda kau adalah inspirasi dalam setiap langkah nanda bunda.
I love u bunda
Wassalamu’alaiku Wr. Wb
Nama             : alvina Turia
Alamat                        : kesilir – siliragung – Banyuwangi
Email               : turia_alvina@yahoo.com
Facebook            : alvinae alfun turia

resum sosiologi pendidikan



Tugas Resum Sosiologi pendidikan Kelompok 1
Rounded Rectangle: Nama Dosen: Drs. H. Sukarno, M.SiAna Fatimatur Rohmah          ( 084 121 403 )
Alvina Turia                            ( 084 121 413 )           
1.      Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Maka sepintas saja telah jelas bahwa didalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspek-aspek sosiologi dalam pendidikan.
a.       Sosiologi
Secara harfiah atau etimologis (defenisi nominal), Sosiologi berasal dari bahasa Latin: Socius = teman, kawan, sahabat, dan Logos = ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat. Sedangkan secara operasional beberapa pakar sosiologi mendefenisikan sebagai berikut: menurut Pitirium Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya: antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya)
2.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misalnya: gejala geografis, biologis dan sebagainya).

Menurut Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial selanjutnya. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.[1]
b.      Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen dan akhiran an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal maupun nor formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Menurut Crow dan Corw pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari gerasi kegenerasi. Menurut Driya Karya Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Menurut Ki Hajar Dewantoro adalah daya upaya untuk memajukan bertambahnya budi pekerti atau kekuatan batin, pikiran (intelek) dan jasmani anak. [2]
Dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan bab 1 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.[3]
Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan mengorganisir pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.                   
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan merupakan bagian dari matakuliah dasar kependidikan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta didik.
2.      Tujuan sosiologi pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
  1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
  2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
  3. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya. Dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.[4]
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalah: (1) untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesia (3) meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri, meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.


[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 17-18.
[2] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 53.
[3] Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: 2006), 05.

Senin, 24 November 2014

seminar and refresing

hemm sepulang dari rembangan acara seminar character building and leadership dengan tujuan sebuah lingkaran cinta akan terwujud apabila kita saling mengenal dan mengerti maka disitulah akan terjalin suatu keakraban...
dengan berbagai rangkaian acara yang sungguh menyenangkan serta menarik kelelahan ... hem capek

uts manajemen pendidikan



Nama              : Alvina Turia              UTS Makul     : Mnagamen Pendidikan
Nim                 : 084 121 413              Dosen              : Asmi faiqatul Himmah, M.Pd
1.      Temukan sebuah permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan (sekolah/madrasah) yang disebabkan karena tidak berjalannya sistem manajemen yang ada dalam lembaga tersebut. Deskripsikan serta carilah kaitannya dengan kepemimpinan dari top leader lembaga tersebut (kepala sekolah) yang menyebabkan masalah tersebut ada?
Jawab:
Permasalahan: Katanya PNS,  faktanya tidak berkualitas.
Deskripsi : Hal seperti ini banyak terjadi di sekolah umum yang memiliki manajemen berbasis sekolahnya rendah atau dikatakan manajemennya belum berjalan sesuai dengan tujuannya. Pada dasarnya madrasah menginginkan guru profesional didalam bidangnya, ternyata malah sangat memprihatinkan, yakni guru yang dianggapnya professional itu nol dalam bidang pelajaran yang diampu olehnya. Karna, lembaga pendidikan tersebut ketika menyeleksi guru untuk menjadi seorang pendidik kurang teliti. Yakni lebih tergiur dari lulusan terpandang dan menilai bahwasanya nilai bagus itu menjadi tolak ukur kepandaian seorang guru tersebut. Padahal belum tentu orang yang gelarnya sarjana hingga doctor itu pandai dan mengerti. Mudah mencari orang pandai namun sulit mencari orang yang pandai dan mengerti. Jadi kaitannya dengan sekolah disini yaitu ketika ada penerimaan guru baru harus betul - betul teliti dalam menyeleksi guru, karna kepala sekolah berhubungan secara langsung dengan pengambilan keputusan. Dimulai dari penyeleksian guru hingga evaluasi hasilnya juga sangat mempengaruhi di dalam lembaga sekolah tersebut. Apabila manajemennya tidak berjalan dengan baik maka masalah – masalah itu akan selalu mengiringi dan tidak  akan pernah menemukan solusinya, berbeda jika manajemennya baik maka silih berganti masalah itu dapat terselesaikan.
2.      Deskripsikan menurut pendapat anda tentang pengertian, karakteristik, manfaat, syarat, maksud dan tujuan MBS?
Jawab:
a.       Pengertian
Istilah manajemen berbasis sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu: Manajemen, Berbasis, dan Sekolah. Manajemen adalah pengordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah unit manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokus pada”. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas memberikan bekal “kemampuan dasar” kepada peserta didik.
Jadi, Manajemen Berbasis Sekolah adalah pengoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah.
Menurut saya MBS Merupakan pemberian otonomi / kewenangan lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb) untuk mengelola dan memenuhi kebutuhan berkembangnya mutu sekolah tersebut.
b.      Karakteristik
Karakteristik MBS bisa diketahui dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan administrasi. Karakter MBS antara lain:
a) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
b) Sekolah memiliki visi dan target yang ingin dicapai
c) Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
d) Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah
e) Adanya pengembangan staf sesuai kemajuan iptek
f) Adanya evaluasi yang terus menerus guna perbaikan mutupendidikan
g) Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan masyarakat.
c.       Manfaat
a.       Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya dibanding dengan lembaga-lembaga lain.
b.      Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
c.       Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang akan dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
d.      Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintahan, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
e.       Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
d.      Syarat
a.       MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
b.      MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap. Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil.
c.       Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
d.      Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
e.       Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.
e.       Maksud
MBS merupakan operator kebijakan pendidikan nasional yang independen, mereka bebas berkreasi sesuai dengan karakter lembaganya masing masing, baik dimulai dari menentukan standar mutu, standar kurikulum dan kebijakan lainnya. guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid.
f.       Tujuan
a.       MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b.       Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibelitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainbilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
c.       Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
d.      Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Tujuan penerapan MBS adalah untuk mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kependidikan dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
3.      Apa persamaan dan perbedaan antara sekolah yang melaksanakan MBS dan yang tidak melaksanakannya?
Jawab:
a.       Persamaan :
Dari kedua lembaga baik yang melaksanakan MBS maupun tidak sama – sama memiliki visi dan misi kearah tercapainya tujuan, sama – sama memiliki stakeholders, sama-sama memiliki pemimpin (kepala sekolah), sama –sama suatu lembaga kependidikan yang didalamnya terjadi interaksi proses belajar mengajar, Memiliki warga (siswa, Guru, Kepala Sekolah, Staf Guru),  Memiliki Logo sekolah

b.      Perbedaan :
Ø  Pada Sekolah yang tidak melaksanakan MBS tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program dari pada mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah.
Ø  Sedang pada  sekolah yang melaksanakan MBS sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolan lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipasif dan partisipasi masyarakt makin besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan dari pada pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah didorong oleh motivasi diri sekolah dari pada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana peranan pusat bergesr dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah  resiko, pengunaan uang lebih efesien karena sisa anggaran tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan (Effesiensi-based budgeting), lebih mengutamakan teamwork, informasi terbagi  ke semua warga sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih efesien. sekolah yang melaksnakan MBS dapat mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis,
4.      Coba jelaskan manajemen sekolah  yang dikatakan bermutu mulai dari input, proses dan outcomenya?
Jawab:
a.       Input : input adalah sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses. Manajemen  sekolah bisa dikatakan bermutu apabila input di sekolah tersebut  melaksanakan kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas, Sumberdaya Tersedia dan Siap (Artinya, segala sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan harus tersedia dan dalam keadaan siap), Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi, Memiliki Harapan Prestasi yang tinggi, Fokus pada Pelanggan (khususnya Siswa) => Artinya, semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik, visi dan misinya tercapai, meningkatkan kesejahteraan materi dan non materi.
b.      Proses: Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan (tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses yang lain.
c.       Outcame:
Outcame Hasil jangka panjang: dampak jangka panjang terhadap individu, sosial, sikap, kinerja, semangat, sistem, penghasilan, pengembangan karir, kesempatan pendidikan, kerja, pengembangan dari lulusan untuk berkembang, dan mutu pada umumnya. Manajemen sekolah berada pada seluruh komponen sekolah sebagai sistem, yaitu pada konteks, input, proses, output, outcome, dan dampak karena manajemen berurusan dengan sistem, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian hingga sampai pengontrolan/ pengevaluasian. Kepemimpinan berada pada komponen manusia, baik pendidik dan tenaga kependidikan, maupun pada peserta didik, karena kepemimpinan berurusan dengan banyak orang.