hemm sepulang dari rembangan acara seminar character building and leadership dengan tujuan sebuah lingkaran cinta akan terwujud apabila kita saling mengenal dan mengerti maka disitulah akan terjalin suatu keakraban...
dengan berbagai rangkaian acara yang sungguh menyenangkan serta menarik kelelahan ... hem capek
Senin, 24 November 2014
uts manajemen pendidikan
Nama : Alvina Turia UTS Makul :
Mnagamen Pendidikan
Nim : 084 121
413 Dosen : Asmi faiqatul Himmah, M.Pd
1.
Temukan
sebuah permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan (sekolah/madrasah)
yang disebabkan karena tidak berjalannya sistem manajemen yang ada dalam
lembaga tersebut. Deskripsikan serta carilah kaitannya dengan kepemimpinan dari
top leader lembaga tersebut (kepala sekolah) yang menyebabkan masalah tersebut
ada?
Jawab:
Permasalahan: Katanya PNS,
faktanya tidak berkualitas.
Deskripsi : Hal seperti ini banyak terjadi di sekolah umum yang
memiliki manajemen berbasis sekolahnya rendah atau dikatakan manajemennya belum
berjalan sesuai dengan tujuannya. Pada dasarnya madrasah menginginkan guru
profesional didalam bidangnya, ternyata malah sangat memprihatinkan, yakni guru
yang dianggapnya professional itu nol dalam bidang pelajaran yang diampu
olehnya. Karna, lembaga pendidikan tersebut ketika menyeleksi guru untuk
menjadi seorang pendidik kurang teliti. Yakni lebih tergiur dari lulusan
terpandang dan menilai bahwasanya nilai bagus itu menjadi tolak ukur kepandaian
seorang guru tersebut. Padahal belum tentu orang yang gelarnya sarjana hingga
doctor itu pandai dan mengerti. Mudah mencari orang pandai namun sulit mencari
orang yang pandai dan mengerti. Jadi kaitannya dengan sekolah disini yaitu
ketika ada penerimaan guru baru harus betul - betul teliti dalam menyeleksi
guru, karna kepala sekolah berhubungan secara langsung dengan pengambilan
keputusan. Dimulai dari penyeleksian guru hingga evaluasi hasilnya juga sangat
mempengaruhi di dalam lembaga sekolah tersebut. Apabila manajemennya tidak
berjalan dengan baik maka masalah – masalah itu akan selalu mengiringi dan
tidak akan pernah menemukan solusinya,
berbeda jika manajemennya baik maka silih berganti masalah itu dapat
terselesaikan.
2.
Deskripsikan menurut pendapat anda tentang pengertian, karakteristik,
manfaat, syarat, maksud dan tujuan MBS?
Jawab:
a.
Pengertian
Istilah manajemen berbasis sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu:
Manajemen, Berbasis, dan Sekolah. Manajemen adalah pengordinasian dan
penyerasian sumber daya melalui sejumlah unit manajemen untuk mencapai tujuan
atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti “berdasarkan pada”
atau “berfokus pada”. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran
Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas memberikan bekal “kemampuan dasar”
kepada peserta didik.
Jadi,
Manajemen Berbasis Sekolah adalah pengoordinasian dan penyerasian sumber daya
yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah.
Menurut saya MBS Merupakan pemberian otonomi
/ kewenangan lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga
sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua
siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb) untuk mengelola dan memenuhi
kebutuhan berkembangnya mutu sekolah tersebut.
b.
Karakteristik
Karakteristik MBS bisa
diketahui dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi
sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia dan
pengelolaan administrasi. Karakter MBS antara lain:
a) Lingkungan sekolah
yang aman dan tertib
b) Sekolah memiliki
visi dan target yang ingin dicapai
c) Sekolah memiliki
kepemimpinan yang kuat
d) Adanya harapan yang
tinggi dari personel sekolah
e) Adanya pengembangan
staf sesuai kemajuan iptek
f) Adanya evaluasi yang
terus menerus guna perbaikan mutupendidikan
g) Adanya komunikasi
dan dukungan intensif dari orang tua murid dan masyarakat.
c.
Manfaat
a.
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi dirinya dibanding dengan lembaga-lembaga lain.
b.
Sekolah
dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
c.
Sekolah
lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang akan
dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
d.
Sekolah
dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintahan, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya sehingga
sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai
sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
e.
Sekolah
dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan peserta didik,
masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
d.
Syarat
a.
MBS harus mendapat
dukungan staf sekolah.
b.
MBS lebih mungkin
berhasil jika diterapkan secara bertahap. Kemungkinan diperlukan lima tahun
atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil.
c.
Staf sekolah dan kantor
dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus
belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
d.
Harus disediakan
dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu
secara teratur.
e.
Pemerintah pusat dan
daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah
selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.
e.
Maksud
MBS merupakan operator kebijakan pendidikan nasional yang
independen, mereka bebas berkreasi sesuai dengan karakter lembaganya masing
masing, baik dimulai dari menentukan standar mutu, standar kurikulum dan
kebijakan lainnya. guru, orang tua, dan
anggota masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang
dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid.
f.
Tujuan
a.
MBS bertujuan untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk
mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
b.
Meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibelitas, partisipasi,
keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainbilitas, dan inisiatif sekolah
dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
c.
Meningkatkan kepedulian
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
d.
Meningkatkan tanggung
jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya, dan Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
Tujuan penerapan MBS adalah untuk
mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, meningkatkan
kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran,
kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kependidikan
dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia,
peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya,
melainkan meningkatkan kesejahteraan pula.
3.
Apa persamaan dan perbedaan antara sekolah
yang melaksanakan MBS dan yang tidak melaksanakannya?
Jawab:
a.
Persamaan :
Dari kedua lembaga baik yang melaksanakan MBS
maupun tidak sama – sama memiliki visi dan misi kearah tercapainya
tujuan, sama
– sama memiliki stakeholders, sama-sama memiliki pemimpin (kepala sekolah),
sama –sama suatu lembaga kependidikan yang didalamnya terjadi interaksi
proses belajar mengajar, Memiliki warga (siswa, Guru, Kepala Sekolah, Staf
Guru), Memiliki Logo sekolah
b.
Perbedaan :
Ø Pada Sekolah yang tidak melaksanakan MBS tugas dan fungsi sekolah lebih
pada melaksanakan program dari pada mengambil inisiatif merumuskan dan
melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah.
Ø Sedang pada sekolah yang
melaksanakan MBS sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolan
lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipasif dan partisipasi
masyarakt makin besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya,
pendekatan profesionalisme lebih diutamakan dari pada pendekatan birokrasi,
pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah didorong oleh
motivasi diri sekolah dari pada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan
lebih sederhana peranan pusat bergesr dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan
dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi
mengolah resiko, pengunaan uang lebih
efesien karena sisa anggaran tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun
depan (Effesiensi-based budgeting),
lebih mengutamakan teamwork,
informasi terbagi ke semua warga
sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar
sehingga lebih efesien. sekolah yang melaksnakan MBS dapat mengembangkan kepemimpinan kepala
sekolah yang demokratis,
4.
Coba jelaskan manajemen sekolah yang dikatakan bermutu mulai dari input,
proses dan outcomenya?
Jawab:
a.
Input : input adalah sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses. Manajemen
sekolah bisa dikatakan bermutu apabila input di sekolah tersebut melaksanakan kebijakan, tujuan dan sasaran
mutu yang jelas, Sumberdaya Tersedia dan Siap (Artinya, segala
sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan harus tersedia
dan dalam keadaan siap), Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi, Memiliki
Harapan Prestasi yang tinggi, Fokus pada Pelanggan (khususnya Siswa) =>
Artinya, semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya
untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik, visi dan misinya tercapai,
meningkatkan kesejahteraan materi dan non materi.
b.
Proses: Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya
proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam
pendidikan (tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses
belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa
proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tinggi dibandingkan dengan
proses-proses yang lain.
c.
Outcame:
Outcame Hasil jangka panjang: dampak jangka
panjang terhadap individu, sosial, sikap, kinerja, semangat, sistem,
penghasilan, pengembangan karir, kesempatan pendidikan, kerja, pengembangan
dari lulusan untuk berkembang, dan mutu pada umumnya. Manajemen sekolah berada
pada seluruh komponen sekolah sebagai sistem, yaitu pada konteks, input,
proses, output, outcome, dan dampak karena manajemen berurusan dengan sistem,
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian hingga
sampai pengontrolan/ pengevaluasian. Kepemimpinan berada pada komponen manusia,
baik pendidik dan tenaga kependidikan, maupun pada peserta didik, karena
kepemimpinan berurusan dengan banyak orang.
Sabtu, 15 November 2014
teori belajar peaget
TEORI BELAJAR DARI PIAGET DAN PERKEMBANGAN PROSES
MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dosen Pembimbing: DR. MASHUDI, S.Ag, M. Pd.
Disusun Oleh :
Heri Purnomo (084131035)
Ana Fatimatur Rohmah (084121403)
Alvina Turia (084121413)
Umi Narisul Musta’in (084131030)
Siti Wardatul Jannah (084131046)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(
STAIN) JEMBER
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
Oktober,
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh
SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul teori peaget.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Alloh SWT, juga tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan, pengetahuan yang dimiliki, dan referensi
dari beberapa buku sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh karenanya, kami
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usulan
gun apenyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Jember, Oktober 2014
Penyusun
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jean Piaget adalah orang yang mengembangkan teori kognitif yang memberikan
batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan
lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk
struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu
masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa
awal.
Perkembangan cara berfikir yang
berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra
operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Piaget juga
memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain. Sumbangan bagi
praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak.
Pengetahuan
itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang
sudah ditetapkan didalam diri subyek, ia bentukan perceptual oleh pertukaran
antara organism dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran
dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Berkenaan
dengan itu kami kelompok 6 ingin menulis sedikit tentang teori jean peget yang
didalamnya meliputi : biografi sejarahnya jean peget, tahap - tahap
perkembangannya, 3 aspek perkembangan intelektual teori peaget dan penerapan
teori peaget didalam pendidikan.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Sejarahnya Jean Peaget
Jean Peaget lahir pada 9 Agustus
1896 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri
dibidang sejarah literature abad pertengahan. Peaget pada awalnya tertarik pada
biologi, dan ketika ia berusia 11 tahun, dia memublikasikan artikel satu
halaman tentang burung pipit albino yang dilihatnya di taman. Antara usia lima
belas dan delapan belas tahun, dia memublikasikan sejumlah artikel tentang
kerang. Piaget mencatat bahwa karena publikasinya banyak, dia ditawari posisi
kurator koleksi kerang di Museum Geneva saat dia masih duduk di sekolah
menengah.
Saat remaja Piaget berlibur
bersama walinya, seorang sarjana Swiss. Melalui kunjungan bersama walinya
inilah piaget mulai tertarik pada filsafat pada umumnya dan epistemology
(epistemologi) pada khusunya. Minat piaget pada biologi dan epistemology terus
berlanjut di sepanjang hayatnya dan tampak jelas hampir di semua tulisan
teoretisnya.
Saat menyusun standarisasi tes
kecerdasan, piaget mencatat sesuatu yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan intelektualnya. Dia menemukan bahwa jawaban yang salah untuk
pertanyaan tes adalah lebih informative ketimbang jawaban yang benar. Dia
mengamati bahwa kesalahan serupa dibuat oleh anak usia tertentu berbeda secara
kualitatif dengan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia yang berbeda. Piaget
mengamati lebih jauh bahwa sifat dari kesalahan ini tidak dapat dijelaskan
secara memadai dalam situasi tes yang sangat terstruktur, dimana anak menjawab
pertanyaan secara benar atau salah. Piaget menggunakan clinical method
(metode klinis) yang berupa bentuk pertanyaan terbuka. Dengan
menggunakan metode klinis, pertanyaan-pertanyaan piaget akan ditentukan oleh
jawaban si anak. Jika anak mengatakan sesuatu yang menarik, Piaget akan
menyusun sejumlah pertanyaan yang dirancang untuk mengeksplorasi pertanyaan itu
secara lebih mendalam.
Selama bekerja di Laboratorium
Binet, paget mulai menyadari bahawa ”Intelegensi” (kecerdasan) tidak dapat
disamakan dengan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar. Menurut piaget,
pertanyaan mendasarnya adalah mengapa seorang anak dapat menjawab sebagian soal
dengan benar dan anak lainnya tidak, atau mengapa seorang anak dapat menjawab
sebagian soal dengan benar tetapi salah untuk sebagian soal lainya. Piaget
mulai mencari variabel-variabel yang memengaruhi kinerja tes anak. Pencariannya
menghasilkan pendapat tentang intelegensi yang oleh beberapa pihak dianggap
sama revolusionernya dengan pandangan Freud tentang motivasi manusia.
Piaget meninggalkan laboratorium
Binet untuk menjadi direktur riset di Jean-Jacquess Rousseau Institute di
Geneva, Swiss, dimana dia bisa melakukan penelitian sendiri, menggukan metode
sendiri. Tak lama setelah bergabung dengan institute itu, karya utama
pertamanya tentang psikologi perkembangan mulai muncul. Piaget, yang tidak pernah
mengikuti kuliah tentang psikologi, secara tak terduga menjadi otoritas penting
dalam psikologi anak. Dia melanjutkan karyanya, dengan mempelajari tiga anaknya
sendiri. Dia dan istrinya melakukan (mantan mahasiswinya di Rousseau Institute
) melakukan observasi yang cermat atas ketiga anak mereka selama bertahun-tahun
dan meringkas semuanya di beberapa buku.
Piaget memublikasikan sekitar 30
buku dan lebih dari 200 artikel dan terus melakukan riset produktif di
University of Geneva samapai dia meninggal pada tahun 1980. [1]
B.
Tahap
– tahap perkembangan kognitif menurut peaget
Menurut Piaget, proses belajar
seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang
berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif ini menjadi empat yaitu:
a.
Tahap
sensorimotor ( umur 0-2 tahun )
Pertumbuhan
kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1)
Melihat
dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
2)
Mencari
rangsangan melaui sinar lampu dan suara.
3)
Suka
memperhatikan sesuatu lebih lama.
4)
Mendefinisikan
sesuatu dengan memanipulasinya.
5)
Memperhatikan
objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b.
Tahap
preoperasional ( umur2-7/8 tahun )
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuintif. Tahap ini dibagi
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuintif.
Preoperasional
( umur 2-4 tahun ), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsepnya, walaupunmasih sangat sederhana. Maka seringkali terjadi kesalahan
dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
1)
Self
counter nya sangat menonjol.
2)
Dapat
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasarsecara tunggal dan mencolok.
3)
Tidak
mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.
4)
Mampu
mengumpulkan barang-barang menurut kriteria,termasuk kriteria yang benar.
5)
Dapat
menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan
antara deretan.
Tahap intuintif
( umur 4-7 atau 8 tahun ), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan
pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan seringtidak diungkapkan
dengan kata-kata. Oleh sebabitu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan
isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah:
1)
Anak
dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2)
Anak
mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal yang lebih kompleks.
3)
Anak
dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)
Anak
mampu memperoleh prinsip-prinsip secarabenar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalanmasa pada usia 5
tahun, kekekalanberat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7
tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
c.
Tahap
operasional konkret ( umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun )
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya revesible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya
denganbenda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe
tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang adadalam dirinya.
Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi kedalam dirinya
sehinggatindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat
kesalahn, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “
kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang
telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sestem klasifikasi.
Namunsungguhpun
anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan
masalah ( ordering problems ) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya
prinsip-prinsip yang trkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptualpasif. Untuk menghindari
keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu
menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki
masalah mengenai berpikir abstrak.
d.
Tahap
oprasional formal ( umur 11/12-18 tahun )
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemingkinan”.
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductuve dan
inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak
sudah dapat:
1)
Bekerja
secara efektif dan sistematis.
2)
Menganalisis
secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya,
misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3)
Berpikir
secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1,C2,
dan R misalnya.
4)
Menarik
generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula
Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling
lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi
selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya
telahmelampaui, belum dapat melakukan formal-operations.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor
tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada
tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada
pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada
tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan
kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.
Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan
tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa. [2]
Dalam proses pembelajaran, guru seringkali dihadapkan pada berbagai
dinamika yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik.peserta didik harus
mendapatkan perhatian dari guru.dengan ini guru dapat memilih strategi
pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta-didik.
Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak
berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman
mereka berbeda satu sama lainnya. Dalam pandangan Piaget tahap-tahap kognitif
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan empat karakteristik berikut: [3]
1.
setiap
anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-cara yang berbeda secara
kualitatif,umumnya dalam cara berfikir atau memecahkan permasalahan yang sama.
2.
Perbedaan
cara berfikir antara anak satu dengan yang lain seringkali dapat dilihat dari
cara mereka menyusun kerangka berfikir yang saling berbeda.di mana tiap-tiap
anak berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya
3.
Masing-masing
cara berfikir akan membentuk satu kesatuan yang terstruktur.Piaget mengakui
bahwa cara berfikir,atau struktur tersebut pada dasarnya mengendalikan
pemikiran yang berkembang.
4.
Tiap-tiap
urutan dari tahap kognitif pada dasarnya merupakan suatu integrasi hirarkhis
dari apa yang telah dialami sebelumnya.
Kesimpulan
mendasar dari hasil pengamatan Piaget adalah bahwa dapat diambil terdapat
pola-pola yang konsisten pada perilaku anak yang bergerak dari satu tahap
ketahap berikutnya.pola-pola perubahan ini terkait secara langsung dengan
tingkat usia anak.
C.
3 aspek perkembangan intelektual teori peaget
Dalam
perkembangan intelektual ada 3 aspek yang diteliti oleh peaget yaitu :
struktur, isi (content), dan fungsi.
1. Struktur
Untuk sampai pada pengertian
struktur diperlukan suatu pengertian yang erat hubungannya dengan struktur, yaitu
pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada hubungan fungsional antara
tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berfikir logis anak – anak.
Tindakan – tindakan ( action ) menuju pada perkembangan operasi – operasi, dan
selanjutnya operasi – operasi menuju pada perkembangan struktur – struktur.
Operasi mempunyai empat ciri. Ciri
pertama, operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi, ini merupakan tindakan itu baik merupakan
tindakan mental maupun tindakan fisik, tanpa ada garis pemisah antara keduanya.
Kedua, operasi itu bersifat reversible. Misalnya : menambah dan mengurangi
merupakan operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang berlawanan, Ketiga,
operasi itu tetap, walaupun selalu terjadi
transformasi atau perubahan. Keempat, tidak ada operasi yang berdiri sendiri.
Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi.
Operasi – operasi itu saling membutuhkan. Jadi, operasi adalah
tindakan mental yang terinternalisasi, reversible, tetap dan terintegrasi
dengan struktur dan operasi lainnya. Menurut peget, struktur intelektual
terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
2.
Isi
Aspek kedua yang menjadi perhatian peaget adalah aspek isi. Yang
dimaksudkan dengan isi adalah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
3.
Fungsi
Fungsi adalah cara yang digunakan organism untuk membuat kemajuan
intelektua. Menurut peaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi,
yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan pada organism kemampuan untuk
mensistematiskan atau mengorganisasi proses – proses fisik atau proses – proses
psikologis menjadi sistem – sistem yang teratur dan berhubungan atau struktur –
struktur.
Fungsi yang kedua yang melandasi perkembangan intelektual adalah
adaptasi. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui 2 proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur
atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam
lingkungannya. Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur
mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.
Bagi peaget adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Andaikata dengan proses asilmilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan ini maka terjadilah akomodasi, dan
struktur yang ada mengalami perubuhan atau struktur baru timbul.
Adaptasi dapat diterapkan pada belajar dalam kelas. Perkembangan
kognitif sebagian tergantung pada akomodasi. Siswa harus memasuki area yang
tidak dikenal untuk dapat belajar.
Perkembangan intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu seri
struktur mental. Setiap struktur baru didasarkan pada kemampuan – kemampuan
tertentu sebelumnya, tetapi pada saat yang sama melibatkan hasil pengalaman.
Karena itu, perkembangan intelektual merupakan suatu proses kontruksi yang
aktif dan dinamis yang berlangsung dari perilaku bayi hingga bentuk – bentuk
berfikir masa remaja. Bagi peaget intelegensi ialah jumlah struktur yang
tersedia yang dapat digunakan seseorang pada saat – saat tertentu dalam
pengembangannya.[4]
D.
Penerapan teori peaget didalam pendidikan
Karya – karya peaget mula – mula
hanya memperoleh perhatian sedikit di Amerika Serikat, karya itu diperkenalkan
kembali dinegara tersebut dalam tahun 1960an. Keikutsertaan orang utama yang
bekerja sama dengan peaget, yaitu barbel inhelder, pada pertemuan woods hole
pada tahun 1959 yang diketahui Jerome brunner, melahirkan minat yang mula –
mula. Pembahasan karya bruner (1966) dan flavel (1963) dan replikasi eksperimen
– eksperimen jenewa oleh elkin (1961a, 1961b) menarik perhatian para ahli
pendidikan dan psikologi.
Dalam pembaharuan kurikulum tahun
1960 an di Amerika, karya permulaan piaget diterapkan dalam bidang – bidang
ajaran matematika, sains, dan kurikulum untuk anak – anak usia kanak – kanak
awal. Ketenaran konsep peaget mengenai tahap – tahap perkembangan juga
menyebabkan timbulnya berbagai studi penelitian. Beberapa dari studi – studi
menunjukkan bahwa konsep konservasi bisa diajarkan dalam pertemuan yang lebih
pendek. Simpulan didasarkan pada kecocokan verbal yang diutarakan anak dengan “jawaban
yang benar” , dan itu tidak cukup sebagai bukti bahwa terjadi perubahan dan
proses penalaran.
Kesulitan yang dialami orang – orang
Amerika dalam menjalankan teori peaget dilingkungan sekolah terbukti dari
penerapannya yang mula – mula di kelas. Focus mula – muala ditujukan pada usaha
mengajarkan tugas – tugas yang diteliti oleh inhelder dan teman – temannya.
Tetapi tugas – tugas penelitian itu dirancang untuk maksud menentukan
perkembangan anak dan bukan dimaksud untuk keperluan siasat mengajar.
De vries (1789) telah menemukan
beberapa kekurangan dari upaya untuk mengajarkan tugas – tugas itu. Pertama,
teori itu direduksi menjadi isi dari tugas dan operasi yang terlepas – lepas.
Meskipun isi dari tugas tertentu bisa diajarkan dan anak dapat belajar
mengerjakan suatu operasi tertentu, kegiatan seperti itu tidak mengubah
struktur penalaran anak yang bersifat dasar. Lebih jauh mengajarkan, tugas –
tugas itu mengurangi keluasan tahapan seperti diuraikan teori menjadi tahapan
kemajuan mengenai tugas tertentu saja. Artinya, perjalanan anak melewati suatu
tahap dimana ia percaya bahwa ada lebih banyak anak – anak perempuan daripada
anak – anak dalam kelas (tugas).
Beberapa dari salah penerapan dalam
kurikulum disebabkan oleh tidak terkoordinasinya kurikulum developmental dengan
kurikulum akademik.
Tiga tujuan yang cocok dengan kurikulum sekolah. Secara singkat,
ketiga tujuan itu ialah :
1)
Perkembangan
otonomi anak melalui situasi interaktif.
2)
Pemusatan
dan koordinasi berbagai pandangan oleh anak
3)
Perkembangan
kewaspadaan.
Tujuan
– tujuan ini bisa dipadukan kedalam kurikulum sekolah tanpa menggantinya.[5]
KESIMPULAN
Proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap
ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:
e.
Tahap
sensorimotor ( umur 0-2 tahun )
f.
Tahap
preoperasional ( umur2-7/8 tahun )
g.
Tahap operasional konkret ( umur 7 atau 8-11
atau 12 tahun )
h.
Tahap
oprasional formal ( umur 11/12-18 tahun )
Dalam
perkembangan intelektual ada 3 aspek yang diteliti oleh peaget yaitu :
struktur, isi (content), dan fungsi. Perkembangan
intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu seri struktur mental. Setiap
struktur baru didasarkan pada kemampuan – kemampuan tertentu sebelumnya, tetapi
pada saat yang sama melibatkan hasil pengalaman. Karena itu, perkembangan
intelektual merupakan suatu proses kontruksi yang aktif dan dinamis yang
berlangsung dari perilaku bayi hingga bentuk – bentuk berfikir masa remaja.
Bagi peaget intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan
seseorang pada saat – saat tertentu dalam pengembangannya.
Perkembangan intelektual merupakan
suatu konstruksi dari satu seri struktur mental. Setiap struktur baru
didasarkan pada kemampuan – kemampuan tertentu sebelumnya, tetapi pada saat
yang sama melibatkan hasil pengalaman. Karena itu, perkembangan intelektual
merupakan suatu proses kontruksi yang aktif dan dinamis yang berlangsung dari
perilaku bayi hingga bentuk – bentuk berfikir masa remaja. Bagi peaget
intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan seseorang
pada saat – saat tertentu dalam pengembangannya.
Pembaharuan kurikulum tahun 1960 an
di Amerika, karya permulaan piaget diterapkan dalam bidang – bidang ajaran
matematika, sains, dan kurikulum untuk anak – anak usia kanak – kanak awal.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrohman, 2012. Belajar Dan
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta CV.
Bell Gredler, Margaret E. 1991. Belajar
dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali.
Budi Ningsih, Asri.
2005. Belajar
Dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Hergenhahn, Matthey H. Olson. 2008. The Ories of Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori – Teori Belajar, Bandung: PT
Gelora Aksara Pratama.
[1] Hergenhahn, Matthey H.
Olson, The Ories of Learning (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008),311-313.
[2] Asri Budi
Ningsih, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
34-40.
[3] Aunurrohman, Belajar
Dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta CV, 2012), 58-59.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jean Piaget adalah orang yang mengembangkan teori kognitif yang memberikan
batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan
lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk
struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu
masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa
awal.
Perkembangan cara berfikir yang
berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra
operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Piaget juga
memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain. Sumbangan bagi
praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak.
Pengetahuan
itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang
sudah ditetapkan didalam diri subyek, ia bentukan perceptual oleh pertukaran
antara organism dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran
dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Berkenaan
dengan itu kami kelompok 6 ingin menulis sedikit tentang teori jean peget yang
didalamnya meliputi : biografi sejarahnya jean peget, tahap - tahap
perkembangannya, 3 aspek perkembangan intelektual teori peaget dan penerapan
teori peaget didalam pendidikan.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Sejarahnya Jean Peaget
Jean Peaget lahir pada 9 Agustus
1896 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri
dibidang sejarah literature abad pertengahan. Peaget pada awalnya tertarik pada
biologi, dan ketika ia berusia 11 tahun, dia memublikasikan artikel satu
halaman tentang burung pipit albino yang dilihatnya di taman. Antara usia lima
belas dan delapan belas tahun, dia memublikasikan sejumlah artikel tentang
kerang. Piaget mencatat bahwa karena publikasinya banyak, dia ditawari posisi
kurator koleksi kerang di Museum Geneva saat dia masih duduk di sekolah
menengah.
Saat remaja Piaget berlibur
bersama walinya, seorang sarjana Swiss. Melalui kunjungan bersama walinya
inilah piaget mulai tertarik pada filsafat pada umumnya dan epistemology
(epistemologi) pada khusunya. Minat piaget pada biologi dan epistemology terus
berlanjut di sepanjang hayatnya dan tampak jelas hampir di semua tulisan
teoretisnya.
Saat menyusun standarisasi tes
kecerdasan, piaget mencatat sesuatu yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan intelektualnya. Dia menemukan bahwa jawaban yang salah untuk
pertanyaan tes adalah lebih informative ketimbang jawaban yang benar. Dia
mengamati bahwa kesalahan serupa dibuat oleh anak usia tertentu berbeda secara
kualitatif dengan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia yang berbeda. Piaget
mengamati lebih jauh bahwa sifat dari kesalahan ini tidak dapat dijelaskan
secara memadai dalam situasi tes yang sangat terstruktur, dimana anak menjawab
pertanyaan secara benar atau salah. Piaget menggunakan clinical method
(metode klinis) yang berupa bentuk pertanyaan terbuka. Dengan
menggunakan metode klinis, pertanyaan-pertanyaan piaget akan ditentukan oleh
jawaban si anak. Jika anak mengatakan sesuatu yang menarik, Piaget akan
menyusun sejumlah pertanyaan yang dirancang untuk mengeksplorasi pertanyaan itu
secara lebih mendalam.
Selama bekerja di Laboratorium
Binet, paget mulai menyadari bahawa ”Intelegensi” (kecerdasan) tidak dapat
disamakan dengan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar. Menurut piaget,
pertanyaan mendasarnya adalah mengapa seorang anak dapat menjawab sebagian soal
dengan benar dan anak lainnya tidak, atau mengapa seorang anak dapat menjawab
sebagian soal dengan benar tetapi salah untuk sebagian soal lainya. Piaget
mulai mencari variabel-variabel yang memengaruhi kinerja tes anak. Pencariannya
menghasilkan pendapat tentang intelegensi yang oleh beberapa pihak dianggap
sama revolusionernya dengan pandangan Freud tentang motivasi manusia.
Piaget meninggalkan laboratorium
Binet untuk menjadi direktur riset di Jean-Jacquess Rousseau Institute di
Geneva, Swiss, dimana dia bisa melakukan penelitian sendiri, menggukan metode
sendiri. Tak lama setelah bergabung dengan institute itu, karya utama
pertamanya tentang psikologi perkembangan mulai muncul. Piaget, yang tidak pernah
mengikuti kuliah tentang psikologi, secara tak terduga menjadi otoritas penting
dalam psikologi anak. Dia melanjutkan karyanya, dengan mempelajari tiga anaknya
sendiri. Dia dan istrinya melakukan (mantan mahasiswinya di Rousseau Institute
) melakukan observasi yang cermat atas ketiga anak mereka selama bertahun-tahun
dan meringkas semuanya di beberapa buku.
Piaget memublikasikan sekitar 30
buku dan lebih dari 200 artikel dan terus melakukan riset produktif di
University of Geneva samapai dia meninggal pada tahun 1980. [1]
B.
Tahap
– tahap perkembangan kognitif menurut peaget
Menurut Piaget, proses belajar
seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang
berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif ini menjadi empat yaitu:
a.
Tahap
sensorimotor ( umur 0-2 tahun )
Pertumbuhan
kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1)
Melihat
dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
2)
Mencari
rangsangan melaui sinar lampu dan suara.
3)
Suka
memperhatikan sesuatu lebih lama.
4)
Mendefinisikan
sesuatu dengan memanipulasinya.
5)
Memperhatikan
objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b.
Tahap
preoperasional ( umur2-7/8 tahun )
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuintif. Tahap ini dibagi
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuintif.
Preoperasional
( umur 2-4 tahun ), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsepnya, walaupunmasih sangat sederhana. Maka seringkali terjadi kesalahan
dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
1)
Self
counter nya sangat menonjol.
2)
Dapat
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasarsecara tunggal dan mencolok.
3)
Tidak
mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.
4)
Mampu
mengumpulkan barang-barang menurut kriteria,termasuk kriteria yang benar.
5)
Dapat
menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan
antara deretan.
Tahap intuintif
( umur 4-7 atau 8 tahun ), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan
pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan seringtidak diungkapkan
dengan kata-kata. Oleh sebabitu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan
isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah:
1)
Anak
dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2)
Anak
mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal yang lebih kompleks.
3)
Anak
dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)
Anak
mampu memperoleh prinsip-prinsip secarabenar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalanmasa pada usia 5
tahun, kekekalanberat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7
tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
c.
Tahap
operasional konkret ( umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun )
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya revesible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya
denganbenda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe
tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang adadalam dirinya.
Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi kedalam dirinya
sehinggatindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat
kesalahn, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “
kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang
telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sestem klasifikasi.
Namunsungguhpun
anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan
masalah ( ordering problems ) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya
prinsip-prinsip yang trkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptualpasif. Untuk menghindari
keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu
menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki
masalah mengenai berpikir abstrak.
d.
Tahap
oprasional formal ( umur 11/12-18 tahun )
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemingkinan”.
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductuve dan
inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak
sudah dapat:
1)
Bekerja
secara efektif dan sistematis.
2)
Menganalisis
secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya,
misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3)
Berpikir
secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1,C2,
dan R misalnya.
4)
Menarik
generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula
Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling
lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi
selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya
telahmelampaui, belum dapat melakukan formal-operations.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor
tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada
tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada
pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada
tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan
kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.
Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan
tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa. [2]
Dalam proses pembelajaran, guru seringkali dihadapkan pada berbagai
dinamika yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik.peserta didik harus
mendapatkan perhatian dari guru.dengan ini guru dapat memilih strategi
pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta-didik.
Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak
berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman
mereka berbeda satu sama lainnya. Dalam pandangan Piaget tahap-tahap kognitif
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan empat karakteristik berikut: [3]
1.
setiap
anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-cara yang berbeda secara
kualitatif,umumnya dalam cara berfikir atau memecahkan permasalahan yang sama.
2.
Perbedaan
cara berfikir antara anak satu dengan yang lain seringkali dapat dilihat dari
cara mereka menyusun kerangka berfikir yang saling berbeda.di mana tiap-tiap
anak berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya
3.
Masing-masing
cara berfikir akan membentuk satu kesatuan yang terstruktur.Piaget mengakui
bahwa cara berfikir,atau struktur tersebut pada dasarnya mengendalikan
pemikiran yang berkembang.
4.
Tiap-tiap
urutan dari tahap kognitif pada dasarnya merupakan suatu integrasi hirarkhis
dari apa yang telah dialami sebelumnya.
Kesimpulan
mendasar dari hasil pengamatan Piaget adalah bahwa dapat diambil terdapat
pola-pola yang konsisten pada perilaku anak yang bergerak dari satu tahap
ketahap berikutnya.pola-pola perubahan ini terkait secara langsung dengan
tingkat usia anak.
C.
3 aspek perkembangan intelektual teori peaget
Dalam
perkembangan intelektual ada 3 aspek yang diteliti oleh peaget yaitu :
struktur, isi (content), dan fungsi.
1. Struktur
Untuk sampai pada pengertian
struktur diperlukan suatu pengertian yang erat hubungannya dengan struktur, yaitu
pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada hubungan fungsional antara
tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berfikir logis anak – anak.
Tindakan – tindakan ( action ) menuju pada perkembangan operasi – operasi, dan
selanjutnya operasi – operasi menuju pada perkembangan struktur – struktur.
Operasi mempunyai empat ciri. Ciri
pertama, operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi, ini merupakan tindakan itu baik merupakan
tindakan mental maupun tindakan fisik, tanpa ada garis pemisah antara keduanya.
Kedua, operasi itu bersifat reversible. Misalnya : menambah dan mengurangi
merupakan operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang berlawanan, Ketiga,
operasi itu tetap, walaupun selalu terjadi
transformasi atau perubahan. Keempat, tidak ada operasi yang berdiri sendiri.
Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi.
Operasi – operasi itu saling membutuhkan. Jadi, operasi adalah
tindakan mental yang terinternalisasi, reversible, tetap dan terintegrasi
dengan struktur dan operasi lainnya. Menurut peget, struktur intelektual
terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
2.
Isi
Aspek kedua yang menjadi perhatian peaget adalah aspek isi. Yang
dimaksudkan dengan isi adalah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
3.
Fungsi
Fungsi adalah cara yang digunakan organism untuk membuat kemajuan
intelektua. Menurut peaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi,
yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan pada organism kemampuan untuk
mensistematiskan atau mengorganisasi proses – proses fisik atau proses – proses
psikologis menjadi sistem – sistem yang teratur dan berhubungan atau struktur –
struktur.
Fungsi yang kedua yang melandasi perkembangan intelektual adalah
adaptasi. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui 2 proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur
atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam
lingkungannya. Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur
mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.
Bagi peaget adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Andaikata dengan proses asilmilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan ini maka terjadilah akomodasi, dan
struktur yang ada mengalami perubuhan atau struktur baru timbul.
Adaptasi dapat diterapkan pada belajar dalam kelas. Perkembangan
kognitif sebagian tergantung pada akomodasi. Siswa harus memasuki area yang
tidak dikenal untuk dapat belajar.
Perkembangan intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu seri
struktur mental. Setiap struktur baru didasarkan pada kemampuan – kemampuan
tertentu sebelumnya, tetapi pada saat yang sama melibatkan hasil pengalaman.
Karena itu, perkembangan intelektual merupakan suatu proses kontruksi yang
aktif dan dinamis yang berlangsung dari perilaku bayi hingga bentuk – bentuk
berfikir masa remaja. Bagi peaget intelegensi ialah jumlah struktur yang
tersedia yang dapat digunakan seseorang pada saat – saat tertentu dalam
pengembangannya.[4]
D.
Penerapan teori peaget didalam pendidikan
Karya – karya peaget mula – mula
hanya memperoleh perhatian sedikit di Amerika Serikat, karya itu diperkenalkan
kembali dinegara tersebut dalam tahun 1960an. Keikutsertaan orang utama yang
bekerja sama dengan peaget, yaitu barbel inhelder, pada pertemuan woods hole
pada tahun 1959 yang diketahui Jerome brunner, melahirkan minat yang mula –
mula. Pembahasan karya bruner (1966) dan flavel (1963) dan replikasi eksperimen
– eksperimen jenewa oleh elkin (1961a, 1961b) menarik perhatian para ahli
pendidikan dan psikologi.
Dalam pembaharuan kurikulum tahun
1960 an di Amerika, karya permulaan piaget diterapkan dalam bidang – bidang
ajaran matematika, sains, dan kurikulum untuk anak – anak usia kanak – kanak
awal. Ketenaran konsep peaget mengenai tahap – tahap perkembangan juga
menyebabkan timbulnya berbagai studi penelitian. Beberapa dari studi – studi
menunjukkan bahwa konsep konservasi bisa diajarkan dalam pertemuan yang lebih
pendek. Simpulan didasarkan pada kecocokan verbal yang diutarakan anak dengan “jawaban
yang benar” , dan itu tidak cukup sebagai bukti bahwa terjadi perubahan dan
proses penalaran.
Kesulitan yang dialami orang – orang
Amerika dalam menjalankan teori peaget dilingkungan sekolah terbukti dari
penerapannya yang mula – mula di kelas. Focus mula – muala ditujukan pada usaha
mengajarkan tugas – tugas yang diteliti oleh inhelder dan teman – temannya.
Tetapi tugas – tugas penelitian itu dirancang untuk maksud menentukan
perkembangan anak dan bukan dimaksud untuk keperluan siasat mengajar.
De vries (1789) telah menemukan
beberapa kekurangan dari upaya untuk mengajarkan tugas – tugas itu. Pertama,
teori itu direduksi menjadi isi dari tugas dan operasi yang terlepas – lepas.
Meskipun isi dari tugas tertentu bisa diajarkan dan anak dapat belajar
mengerjakan suatu operasi tertentu, kegiatan seperti itu tidak mengubah
struktur penalaran anak yang bersifat dasar. Lebih jauh mengajarkan, tugas –
tugas itu mengurangi keluasan tahapan seperti diuraikan teori menjadi tahapan
kemajuan mengenai tugas tertentu saja. Artinya, perjalanan anak melewati suatu
tahap dimana ia percaya bahwa ada lebih banyak anak – anak perempuan daripada
anak – anak dalam kelas (tugas).
Beberapa dari salah penerapan dalam
kurikulum disebabkan oleh tidak terkoordinasinya kurikulum developmental dengan
kurikulum akademik.
Tiga tujuan yang cocok dengan kurikulum sekolah. Secara singkat,
ketiga tujuan itu ialah :
1)
Perkembangan
otonomi anak melalui situasi interaktif.
2)
Pemusatan
dan koordinasi berbagai pandangan oleh anak
3)
Perkembangan
kewaspadaan.
Tujuan
– tujuan ini bisa dipadukan kedalam kurikulum sekolah tanpa menggantinya.[5]
KESIMPULAN
Proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap
ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:
e.
Tahap
sensorimotor ( umur 0-2 tahun )
f.
Tahap
preoperasional ( umur2-7/8 tahun )
g.
Tahap operasional konkret ( umur 7 atau 8-11
atau 12 tahun )
h.
Tahap
oprasional formal ( umur 11/12-18 tahun )
Dalam
perkembangan intelektual ada 3 aspek yang diteliti oleh peaget yaitu :
struktur, isi (content), dan fungsi. Perkembangan
intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu seri struktur mental. Setiap
struktur baru didasarkan pada kemampuan – kemampuan tertentu sebelumnya, tetapi
pada saat yang sama melibatkan hasil pengalaman. Karena itu, perkembangan
intelektual merupakan suatu proses kontruksi yang aktif dan dinamis yang
berlangsung dari perilaku bayi hingga bentuk – bentuk berfikir masa remaja.
Bagi peaget intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan
seseorang pada saat – saat tertentu dalam pengembangannya.
Perkembangan intelektual merupakan
suatu konstruksi dari satu seri struktur mental. Setiap struktur baru
didasarkan pada kemampuan – kemampuan tertentu sebelumnya, tetapi pada saat
yang sama melibatkan hasil pengalaman. Karena itu, perkembangan intelektual
merupakan suatu proses kontruksi yang aktif dan dinamis yang berlangsung dari
perilaku bayi hingga bentuk – bentuk berfikir masa remaja. Bagi peaget
intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan seseorang
pada saat – saat tertentu dalam pengembangannya.
Pembaharuan kurikulum tahun 1960 an
di Amerika, karya permulaan piaget diterapkan dalam bidang – bidang ajaran
matematika, sains, dan kurikulum untuk anak – anak usia kanak – kanak awal.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrohman, 2012. Belajar Dan
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta CV.
Bell Gredler, Margaret E. 1991. Belajar
dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali.
Budi Ningsih, Asri.
2005. Belajar
Dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Hergenhahn, Matthey H. Olson. 2008. The Ories of Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori – Teori Belajar, Bandung: PT
Gelora Aksara Pratama.
[1] Hergenhahn, Matthey H.
Olson, The Ories of Learning (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008),311-313.
[2] Asri Budi
Ningsih, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
34-40.
[3] Aunurrohman, Belajar
Dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta CV, 2012), 58-59.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jean Piaget adalah orang yang mengembangkan teori kognitif yang memberikan
batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan
lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk
struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu
masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa
awal.
Perkembangan cara berfikir yang
berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra
operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Piaget juga
memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain. Sumbangan bagi
praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak.
Pengetahuan
itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang
sudah ditetapkan didalam diri subyek, ia bentukan perceptual oleh pertukaran
antara organism dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran
dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Berkenaan
dengan itu kami kelompok 6 ingin menulis sedikit tentang teori jean peget yang
didalamnya meliputi : biografi sejarahnya jean peget, tahap - tahap
perkembangannya, 3 aspek perkembangan intelektual teori peaget dan penerapan
teori peaget didalam pendidikan.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Sejarahnya Jean Peaget
Jean Peaget lahir pada 9 Agustus
1896 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri
dibidang sejarah literature abad pertengahan. Peaget pada awalnya tertarik pada
biologi, dan ketika ia berusia 11 tahun, dia memublikasikan artikel satu
halaman tentang burung pipit albino yang dilihatnya di taman. Antara usia lima
belas dan delapan belas tahun, dia memublikasikan sejumlah artikel tentang
kerang. Piaget mencatat bahwa karena publikasinya banyak, dia ditawari posisi
kurator koleksi kerang di Museum Geneva saat dia masih duduk di sekolah
menengah.
Saat remaja Piaget berlibur
bersama walinya, seorang sarjana Swiss. Melalui kunjungan bersama walinya
inilah piaget mulai tertarik pada filsafat pada umumnya dan epistemology
(epistemologi) pada khusunya. Minat piaget pada biologi dan epistemology terus
berlanjut di sepanjang hayatnya dan tampak jelas hampir di semua tulisan
teoretisnya.
Saat menyusun standarisasi tes
kecerdasan, piaget mencatat sesuatu yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan intelektualnya. Dia menemukan bahwa jawaban yang salah untuk
pertanyaan tes adalah lebih informative ketimbang jawaban yang benar. Dia
mengamati bahwa kesalahan serupa dibuat oleh anak usia tertentu berbeda secara
kualitatif dengan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia yang berbeda. Piaget
mengamati lebih jauh bahwa sifat dari kesalahan ini tidak dapat dijelaskan
secara memadai dalam situasi tes yang sangat terstruktur, dimana anak menjawab
pertanyaan secara benar atau salah. Piaget menggunakan clinical method
(metode klinis) yang berupa bentuk pertanyaan terbuka. Dengan
menggunakan metode klinis, pertanyaan-pertanyaan piaget akan ditentukan oleh
jawaban si anak. Jika anak mengatakan sesuatu yang menarik, Piaget akan
menyusun sejumlah pertanyaan yang dirancang untuk mengeksplorasi pertanyaan itu
secara lebih mendalam.
Selama bekerja di Laboratorium
Binet, paget mulai menyadari bahawa ”Intelegensi” (kecerdasan) tidak dapat
disamakan dengan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar. Menurut piaget,
pertanyaan mendasarnya adalah mengapa seorang anak dapat menjawab sebagian soal
dengan benar dan anak lainnya tidak, atau mengapa seorang anak dapat menjawab
sebagian soal dengan benar tetapi salah untuk sebagian soal lainya. Piaget
mulai mencari variabel-variabel yang memengaruhi kinerja tes anak. Pencariannya
menghasilkan pendapat tentang intelegensi yang oleh beberapa pihak dianggap
sama revolusionernya dengan pandangan Freud tentang motivasi manusia.
Piaget meninggalkan laboratorium
Binet untuk menjadi direktur riset di Jean-Jacquess Rousseau Institute di
Geneva, Swiss, dimana dia bisa melakukan penelitian sendiri, menggukan metode
sendiri. Tak lama setelah bergabung dengan institute itu, karya utama
pertamanya tentang psikologi perkembangan mulai muncul. Piaget, yang tidak pernah
mengikuti kuliah tentang psikologi, secara tak terduga menjadi otoritas penting
dalam psikologi anak. Dia melanjutkan karyanya, dengan mempelajari tiga anaknya
sendiri. Dia dan istrinya melakukan (mantan mahasiswinya di Rousseau Institute
) melakukan observasi yang cermat atas ketiga anak mereka selama bertahun-tahun
dan meringkas semuanya di beberapa buku.
Piaget memublikasikan sekitar 30
buku dan lebih dari 200 artikel dan terus melakukan riset produktif di
University of Geneva samapai dia meninggal pada tahun 1980. [1]
B.
Tahap
– tahap perkembangan kognitif menurut peaget
Menurut Piaget, proses belajar
seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang
berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif ini menjadi empat yaitu:
a.
Tahap
sensorimotor ( umur 0-2 tahun )
Pertumbuhan
kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1)
Melihat
dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
2)
Mencari
rangsangan melaui sinar lampu dan suara.
3)
Suka
memperhatikan sesuatu lebih lama.
4)
Mendefinisikan
sesuatu dengan memanipulasinya.
5)
Memperhatikan
objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b.
Tahap
preoperasional ( umur2-7/8 tahun )
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuintif. Tahap ini dibagi
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuintif.
Preoperasional
( umur 2-4 tahun ), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsepnya, walaupunmasih sangat sederhana. Maka seringkali terjadi kesalahan
dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
1)
Self
counter nya sangat menonjol.
2)
Dapat
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasarsecara tunggal dan mencolok.
3)
Tidak
mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.
4)
Mampu
mengumpulkan barang-barang menurut kriteria,termasuk kriteria yang benar.
5)
Dapat
menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan
antara deretan.
Tahap intuintif
( umur 4-7 atau 8 tahun ), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan
pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan seringtidak diungkapkan
dengan kata-kata. Oleh sebabitu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan
isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah:
1)
Anak
dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2)
Anak
mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal yang lebih kompleks.
3)
Anak
dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)
Anak
mampu memperoleh prinsip-prinsip secarabenar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalanmasa pada usia 5
tahun, kekekalanberat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7
tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
c.
Tahap
operasional konkret ( umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun )
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya revesible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya
denganbenda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe
tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang adadalam dirinya.
Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi kedalam dirinya
sehinggatindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat
kesalahn, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “
kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang
telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sestem klasifikasi.
Namunsungguhpun
anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan
masalah ( ordering problems ) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya
prinsip-prinsip yang trkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptualpasif. Untuk menghindari
keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu
menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki
masalah mengenai berpikir abstrak.
d.
Tahap
oprasional formal ( umur 11/12-18 tahun )
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemingkinan”.
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductuve dan
inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak
sudah dapat:
1)
Bekerja
secara efektif dan sistematis.
2)
Menganalisis
secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya,
misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3)
Berpikir
secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1,C2,
dan R misalnya.
4)
Menarik
generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula
Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling
lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi
selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya
telahmelampaui, belum dapat melakukan formal-operations.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor
tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada
tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada
pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada
tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan
kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.
Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan
tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa. [2]
Dalam proses pembelajaran, guru seringkali dihadapkan pada berbagai
dinamika yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik.peserta didik harus
mendapatkan perhatian dari guru.dengan ini guru dapat memilih strategi
pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta-didik.
Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak
berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman
mereka berbeda satu sama lainnya. Dalam pandangan Piaget tahap-tahap kognitif
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan empat karakteristik berikut: [3]
1.
setiap
anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-cara yang berbeda secara
kualitatif,umumnya dalam cara berfikir atau memecahkan permasalahan yang sama.
2.
Perbedaan
cara berfikir antara anak satu dengan yang lain seringkali dapat dilihat dari
cara mereka menyusun kerangka berfikir yang saling berbeda.di mana tiap-tiap
anak berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya
3.
Masing-masing
cara berfikir akan membentuk satu kesatuan yang terstruktur.Piaget mengakui
bahwa cara berfikir,atau struktur tersebut pada dasarnya mengendalikan
pemikiran yang berkembang.
4.
Tiap-tiap
urutan dari tahap kognitif pada dasarnya merupakan suatu integrasi hirarkhis
dari apa yang telah dialami sebelumnya.
Kesimpulan
mendasar dari hasil pengamatan Piaget adalah bahwa dapat diambil terdapat
pola-pola yang konsisten pada perilaku anak yang bergerak dari satu tahap
ketahap berikutnya.pola-pola perubahan ini terkait secara langsung dengan
tingkat usia anak.
C.
3 aspek perkembangan intelektual teori peaget
Dalam
perkembangan intelektual ada 3 aspek yang diteliti oleh peaget yaitu :
struktur, isi (content), dan fungsi.
1. Struktur
Untuk sampai pada pengertian
struktur diperlukan suatu pengertian yang erat hubungannya dengan struktur, yaitu
pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada hubungan fungsional antara
tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berfikir logis anak – anak.
Tindakan – tindakan ( action ) menuju pada perkembangan operasi – operasi, dan
selanjutnya operasi – operasi menuju pada perkembangan struktur – struktur.
Operasi mempunyai empat ciri. Ciri
pertama, operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi, ini merupakan tindakan itu baik merupakan
tindakan mental maupun tindakan fisik, tanpa ada garis pemisah antara keduanya.
Kedua, operasi itu bersifat reversible. Misalnya : menambah dan mengurangi
merupakan operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang berlawanan, Ketiga,
operasi itu tetap, walaupun selalu terjadi
transformasi atau perubahan. Keempat, tidak ada operasi yang berdiri sendiri.
Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi.
Operasi – operasi itu saling membutuhkan. Jadi, operasi adalah
tindakan mental yang terinternalisasi, reversible, tetap dan terintegrasi
dengan struktur dan operasi lainnya. Menurut peget, struktur intelektual
terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
2.
Isi
Aspek kedua yang menjadi perhatian peaget adalah aspek isi. Yang
dimaksudkan dengan isi adalah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
3.
Fungsi
Fungsi adalah cara yang digunakan organism untuk membuat kemajuan
intelektua. Menurut peaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi,
yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan pada organism kemampuan untuk
mensistematiskan atau mengorganisasi proses – proses fisik atau proses – proses
psikologis menjadi sistem – sistem yang teratur dan berhubungan atau struktur –
struktur.
Fungsi yang kedua yang melandasi perkembangan intelektual adalah
adaptasi. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui 2 proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur
atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam
lingkungannya. Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur
mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.
Bagi peaget adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Andaikata dengan proses asilmilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan ini maka terjadilah akomodasi, dan
struktur yang ada mengalami perubuhan atau struktur baru timbul.
Adaptasi dapat diterapkan pada belajar dalam kelas. Perkembangan
kognitif sebagian tergantung pada akomodasi. Siswa harus memasuki area yang
tidak dikenal untuk dapat belajar.
Perkembangan intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu seri
struktur mental. Setiap struktur baru didasarkan pada kemampuan – kemampuan
tertentu sebelumnya, tetapi pada saat yang sama melibatkan hasil pengalaman.
Karena itu, perkembangan intelektual merupakan suatu proses kontruksi yang
aktif dan dinamis yang berlangsung dari perilaku bayi hingga bentuk – bentuk
berfikir masa remaja. Bagi peaget intelegensi ialah jumlah struktur yang
tersedia yang dapat digunakan seseorang pada saat – saat tertentu dalam
pengembangannya.[4]
D.
Penerapan teori peaget didalam pendidikan
Karya – karya peaget mula – mula
hanya memperoleh perhatian sedikit di Amerika Serikat, karya itu diperkenalkan
kembali dinegara tersebut dalam tahun 1960an. Keikutsertaan orang utama yang
bekerja sama dengan peaget, yaitu barbel inhelder, pada pertemuan woods hole
pada tahun 1959 yang diketahui Jerome brunner, melahirkan minat yang mula –
mula. Pembahasan karya bruner (1966) dan flavel (1963) dan replikasi eksperimen
– eksperimen jenewa oleh elkin (1961a, 1961b) menarik perhatian para ahli
pendidikan dan psikologi.
Dalam pembaharuan kurikulum tahun
1960 an di Amerika, karya permulaan piaget diterapkan dalam bidang – bidang
ajaran matematika, sains, dan kurikulum untuk anak – anak usia kanak – kanak
awal. Ketenaran konsep peaget mengenai tahap – tahap perkembangan juga
menyebabkan timbulnya berbagai studi penelitian. Beberapa dari studi – studi
menunjukkan bahwa konsep konservasi bisa diajarkan dalam pertemuan yang lebih
pendek. Simpulan didasarkan pada kecocokan verbal yang diutarakan anak dengan “jawaban
yang benar” , dan itu tidak cukup sebagai bukti bahwa terjadi perubahan dan
proses penalaran.
Kesulitan yang dialami orang – orang
Amerika dalam menjalankan teori peaget dilingkungan sekolah terbukti dari
penerapannya yang mula – mula di kelas. Focus mula – muala ditujukan pada usaha
mengajarkan tugas – tugas yang diteliti oleh inhelder dan teman – temannya.
Tetapi tugas – tugas penelitian itu dirancang untuk maksud menentukan
perkembangan anak dan bukan dimaksud untuk keperluan siasat mengajar.
De vries (1789) telah menemukan
beberapa kekurangan dari upaya untuk mengajarkan tugas – tugas itu. Pertama,
teori itu direduksi menjadi isi dari tugas dan operasi yang terlepas – lepas.
Meskipun isi dari tugas tertentu bisa diajarkan dan anak dapat belajar
mengerjakan suatu operasi tertentu, kegiatan seperti itu tidak mengubah
struktur penalaran anak yang bersifat dasar. Lebih jauh mengajarkan, tugas –
tugas itu mengurangi keluasan tahapan seperti diuraikan teori menjadi tahapan
kemajuan mengenai tugas tertentu saja. Artinya, perjalanan anak melewati suatu
tahap dimana ia percaya bahwa ada lebih banyak anak – anak perempuan daripada
anak – anak dalam kelas (tugas).
Beberapa dari salah penerapan dalam
kurikulum disebabkan oleh tidak terkoordinasinya kurikulum developmental dengan
kurikulum akademik.
Tiga tujuan yang cocok dengan kurikulum sekolah. Secara singkat,
ketiga tujuan itu ialah :
1)
Perkembangan
otonomi anak melalui situasi interaktif.
2)
Pemusatan
dan koordinasi berbagai pandangan oleh anak
3)
Perkembangan
kewaspadaan.
Tujuan
– tujuan ini bisa dipadukan kedalam kurikulum sekolah tanpa menggantinya.[5]
KESIMPULAN
Proses belajar seseorang akan
mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap
ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:
e.
Tahap
sensorimotor ( umur 0-2 tahun )
f.
Tahap
preoperasional ( umur2-7/8 tahun )
g.
Tahap operasional konkret ( umur 7 atau 8-11
atau 12 tahun )
h.
Tahap
oprasional formal ( umur 11/12-18 tahun )
Dalam
perkembangan intelektual ada 3 aspek yang diteliti oleh peaget yaitu :
struktur, isi (content), dan fungsi. Perkembangan
intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu seri struktur mental. Setiap
struktur baru didasarkan pada kemampuan – kemampuan tertentu sebelumnya, tetapi
pada saat yang sama melibatkan hasil pengalaman. Karena itu, perkembangan
intelektual merupakan suatu proses kontruksi yang aktif dan dinamis yang
berlangsung dari perilaku bayi hingga bentuk – bentuk berfikir masa remaja.
Bagi peaget intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan
seseorang pada saat – saat tertentu dalam pengembangannya.
Perkembangan intelektual merupakan
suatu konstruksi dari satu seri struktur mental. Setiap struktur baru
didasarkan pada kemampuan – kemampuan tertentu sebelumnya, tetapi pada saat
yang sama melibatkan hasil pengalaman. Karena itu, perkembangan intelektual
merupakan suatu proses kontruksi yang aktif dan dinamis yang berlangsung dari
perilaku bayi hingga bentuk – bentuk berfikir masa remaja. Bagi peaget
intelegensi ialah jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan seseorang
pada saat – saat tertentu dalam pengembangannya.
Pembaharuan kurikulum tahun 1960 an
di Amerika, karya permulaan piaget diterapkan dalam bidang – bidang ajaran
matematika, sains, dan kurikulum untuk anak – anak usia kanak – kanak awal.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrohman, 2012. Belajar Dan
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta CV.
Bell Gredler, Margaret E. 1991. Belajar
dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali.
Budi Ningsih, Asri.
2005. Belajar
Dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Hergenhahn, Matthey H. Olson. 2008. The Ories of Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori – Teori Belajar, Bandung: PT
Gelora Aksara Pratama.
[1] Hergenhahn, Matthey H.
Olson, The Ories of Learning (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008),311-313.
[2] Asri Budi
Ningsih, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
34-40.
[3] Aunurrohman, Belajar
Dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta CV, 2012), 58-59.
Langganan:
Postingan (Atom)